watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KAK RINI MULUSNYA TUBUHMU


Kisah ini berawal sewaktu aku masih kuliah di
Kota M, sekitar 8 tahun lalu, dan sekarang
umurku sudah 29 tahun dan masih membujang.
Kisah ini adalah benar-benar nyata dan bukan
fiktif. Semua nama dalam kisah ini adalah nama
samaran.
Setelah menamatkan SMA di kota kelahiranku, aku
(Erick) melanjutkan pendidikanku di salah satu PT
negeri di Kota M. Awalnya aku tinggal sendiri
(kost) disuatu tempat yang agak jauh dari
kampus tempat aku kuliah, karena hanya
ditempat itu aku mendapatkan rumah kost yang
relatif lebih murah dari tempat yang lain. Setelah
kuliah selama hampir setahun, aku berlibur
kembali ke kota kelahiranku. Selama liburan
tersebut, aku dikenalkan oleh keluargaku dengan
salah seorang saudara sepupuku yang ternyata
juga tinggal di Kota M tempat aku kuliah. Namun
karena tidak saling kenal baik, walaupun masih
saudara dekat, kami saling tidak mengetahui kalau
kami berada satu kota selama ini. Saudara sepupu
ini, sebut saja Kak Rini, sebelum menikah dengan
Mas Tanto, lahir dan besar di kota Jakarta
bersama orang tuanya, keluarga Tante Ade.

Selama 2 tahun pernikahannya dan menetap di
kota M, Kak Rini belum dikaruniai anak, mungkin
disebabkan karena kesibukan mereka berdua, Kak
Rini yang seorang karyawan bank swasta, dan
Mas Tanto yang seorang dosen. Saat perkenalan
itu, Rini telah berusia 26 tahun, 5 tahun lebih tua
dariku dan Mas Tanto berusia 34 Tahun.
Keberadaan Kak Rini di kota kelahiranku dalam
rangka mengunjungi kakek dan neneknya, yang
juga masih saudara dengan nenekku. Selama
liburan kami, aku lebih banyak menemani Rini
keliling kota dan antar jemput mengunjungi
keluarga yang lain, Mas Tanto tidak datang
menemani berlibur.


“Dik Erick rencana balik ke Kota M, kapan?”
Tanya Kak Rini sewaktu aku mengantarnya
pulang kerumah neneknya, dari belakang sadel
boncengan motor milik kakakku.
“Mungkin seminggu lagi.”
Jawabku sambil mencoba merasakan sentuhan
payudaranya dipunggungku.
Perlu pembaca ketahui, dengan tinggi sekitar 168
cm dan berat ideal, ukuran dada 36A dengan
wajah cantik dan manis dan kulit putih mulus
yang ditumbuhi bulu-bulu halus sensasional,
membuat aku tidak merasa bosan dan capek
menemani Kak Rini keliling kota dan
mengantarnya menemani kemana saja dia pergi.
“Kalau begitu, pulangnya dengan saya saja, ya?!”
Katanya seperti berbisik ditelingaku karena
derasnya angin karena laju kendaraan.

“Terserah kakak aja deh… ” kataku menyepakati
‘perjanjian’ itu.
Seminggu setelah itu, kami pun berangkat pulang
bersama naik kapal laut ke Kota M selama satu
hari satu malam perjalanan. Rencananya, setiba di
Kota M, aku akan diperkenalkan ke suaminya dan
sekalian mengajak aku tinggal bersama mereka
(selama ini mereka hanya tinggal berdua di
kompleks perumahan), karena rumah mereka
masih cukup besar untuk ditempati hanya berdua
saja.
Singkat cerita, aku pun diperkenalkan ke Mas
Tanto yang mau menerimaku dengan senang
hati dan aku pun mengemasi semua barangku
dari tempat kostku ke rumah mereka. Dan
disinilah awalnya cerita petualangan seksku
dengan Kak Rini.


Sebagai wanita cantik dan menarik, aku pikir
semua lelaki akan terpesona oleh daya tarik
sensual saudara sepupuku ini. Akupun
merasakannya sejak pertama kenalan,
menemaninya selama liburan berkeliling kota, dan
terlebih selama perjalanan dengan kapal laut
kembali ke Kota M. Masih teringat waktu pertama
kali berjabatan tangan, dengan senyum manisnya
dia memperkenalkan diri. Wajahnya mirip
dengan salah satu penyiar acara kriminal di SCTV.

Aku merasakan sentuhan lembut jemarinya
waktu aku memegang tangannya, sentuhan
www.ceritaindo.sextgem.com sensasional di kulitku ketika bersentuhan dengan
tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus,
aroma tubuh dan rambutnya waktu berjalan
berdampingan, juga hembusan nafasnya kalau
berbicara padaku yang kadang-kadang terlalu
dekat dengan wajahku… pokoknya semua
sensasi yang dimilikinya membuat aku berdebar
dan membuat aku konak. Aku tak tahu (pada
waktu itu) apakah hal itu disengaja atau tidak
(setelah beberapa tahun aku tahu ternyata itu dia
sengaja untuk memancing responku menurut
pengakuannya!), yang jelas selama liburan, aku
belum berani menunjukkan reaksiku. Nanti
setelah kejadian di atas kapal laut yang membawa
kami ke Kota M, baru aku berani menunjukkan
‘keberanianku’ pada Kak Rini, walau dengan
jantung dag dig dug…
Diatas kapal laut yang sesak karena penumpang
yang banyak, kami mendapatkan tempat yang
lumayan ’strategis’, walaupun itu bukan tempat
yang telah kami bayar untuk perjalanan kami.

Bersama dengan beberapa penumpang lain (yang
agak lanjut usia dengan kebanyakan wanita), kami
menempati sebuah sudut ruang kapal yang agak
panas, hal itu membuat kami kegerahan.
Menjelang tidur malam, Rini dengan memakai
kemeja yang didalamnya dilapisi kaos oblong
tanpa lengan dengan celana jeans, terlihat mulai
mengatur tempat untuk tidur disudut merapat
kedinding ruang, sedangkan aku dengan kaos
oblong juga dan celana pendek selutut berada
diantara Kak Rini dengan penumpang lain.

Sebelum tidur, Kak Rini membaca sebuah
majalah dan aku mengisi TTS. setelah membaca
majalah, Kak Rini sudah tak tahan lagi kantuknya
dan tertidur, sedangkan aku melanjutkan mengisi
TTS dan membaca majalah.
Tak lama sesudahnya, lampu di ruangan itu
dipadamkan, mungkin karena penumpang
lainpun sudah ingin memjamkan mata, walaupun
masih ada lampu yang menyala di tengah
ruangan tapi tidak cukup untuk menerangi tempat
aku membaca majalah, akupun bersandar sambil
duduk berusaha untuk tidur. Tapi karena udara
yang agak panas dan menggerahkan, mataku
susah terpejam. Kak Rini pun bangun dan
melepas kemejanya (tinggal kaos oblong) dan
kemejanya itu dipakai untuk menyelimuti
badannya sambil tidur. Sewaktu Kak Rini melepas
kemejanya, dengan jarak sekitar 15 cm dari
hidungku, aku bisa merasakan aroma tubuhnya
yang terpancar dari ketiaknya sewaktu lengannya
bergerak melepas kemejanya.
Aroma itu campuran aroma keringat dan sisa
parfumnya, dan itu membuatku benar-benar
melayang… membayangkan aroma tubuh yang
sensasional seperti itu. Dan diketiaknya yang
putih, aku sempat melihat secara samar rambut
halus hitam yang semakin membuatku ingin
merasakan langsung aroma ketiaknya. Hmm…
tak sadar aku memperbaiki posisi ‘junior’ di celana
pendekku, dan hal itu terlihat oleh Kak Rini.

“Belum tidur, rick?”
Tanyanya berbisik sebelum berbaring di
sampingku.
“Belum nih,duluan aja!”
Jawabku sambil menatap matanya.
Rinipun akhirnya berbaring dengan memiringkan
badannya ke arahku, sehingga kepalanya dengan
pahaku hanya berjarak sekian centi. Akupun terus
berusaha tidur sambil duduk karena mataku
belum mau terpejam. Hembusan nafasnya terasa
menggelitik paha kiriku bagian luar, dan mungkin
saja Rini tahu kalau penisku lagi tegang karena
celana pendekku di sekitar penisku agak menonjol
berdiri. Setelah capek duduk dan mataku terasa
muali berat dengan angin laut yang mulai bertiup
sepoi-sepoi, akupun berbaring di sisi Kak Rini.

Saat aku mengambil posisi baring, Rini
memberiku sedikit ruang sambil mengangkat
lengan kanannya, dan lagi-lagi tercium aroma
tubuh yang makin membuatku tegang.
Walaupun aku masih berbaring terlentang dan
Rini sedikit condong ke arahku, aku bisa
merasakan bahwa kepalaku tepat berada di
bawah ketiaknya karena aku merasakan lengan
Kak Rini ada diatas kepalaku.
Kantukku pun hilang karena ‘posisi’ yang
menguntungkan ini, aku sisa mengarahkan
mukaku ke arah Rini dan ketiaknya sudah pasti
ada di mukaku. Aku coba untuk diam, namun
rangsangan yang timbul dari aroma tubuh Kak
Rini yang perlahan mulai tercium membuat aku
gelisah. Lama setelah itu, sewaktu aku merasakan
nafas Rini yang beraturan menerpa wajahku,
baru aku perlahan-lahan mengarahkan wajahku
ke bawah ketiaknya dan…
Hmm aroma itu benar-benar membuat aku
makin tak beraturan untuk bernafas, antara rasa
senang, takut Kak Rini marah dan rangsangan
yang terus membuat jantungku berdebar.

Dengan jarak cuman sekita 3-4 cm antara
hidungku dan ketiak putih itu, Kak Rini pasti bisa
merasakan kegelisahanku, tapi mungkin dia
sudah nyenyak sampai tidak merasakan
hembusan nafas dan sentuhan ujung lidahku
diketiaknya.
Ketika aku sudah tak tahan lagi, dengan jantung
berdegup kencang, perlahan aku mengambil jaket
tebalku untuk menutupi celanaku yang semakin
menonjol karena desakan penisku ( 15 cm)
sambil memiringkan badan ke arah Kak Rini
sehingga penisku merapat di paha Kak Rini yang
berbalut jeans dengan hidungku dan bibirku yang
telah menempel di ketiaknya. Aku mencoba
menahan nafasku yang memburu sambil
melanjutkan jilatanku yang makin berani ke arah
pangkal payudaranya. Semua itu aku lakukan
dengan sangat hati-hati, takut membangunkan
Kak Rini dan dia nampaknya masih seperti semula
dengan nafas yang masih beraturan.
Dengan perlahan aku membuka kancing tarik
celanaku, meyampingkan CD ku lalu kutarik penis
yang sudah sangat tegang keluar. Meski hanya
kepala penis dan sebagian batangnya yang bisa
keluar dari celanaku, aku elus-eluskan di paha Kak
Rini sampai aku merasa ada cairan bening keluar
(bukan sperma yang kental) dan menempel di
celana jeansnya. Mungkin aku akan terus
menggesek-gesekkan kepala penisku sampai aku
ejakulasi, kalau saja Kak Rini tidak bergerak sedikit
menjauh dari tubuhku.

Kejadian itu berakhir sampai disitu, dan sewaktu
bangun, Kak Rini tidak bicara soal tersebut, cuma
ada sedikit ada rasa canggung diantara kami,
sampai kami turun dari kapal dan tiba di rumah.
Sejak tinggal bersama Kak Rini dan suaminya, aku
mencoba untuk menjadi adik yang baik, aku coba
membuang semua pikiran jorok di kepalaku
tentang Kak Rini dan mencoba menghindari Kak
Rini dengan banyak beraktivitas di kampus atau di
luar rumah. Sampai suatu saat, Mas Tanto
mengambil Tugas Belajar ke Filipina selama 1
tahun.
Empat bulan setelah tinggal di rumah Kak Rini,
Mas Tanto berencana akan berangkat ke Filipina,
dan selama itu aku mencoba menjaga jarak
dengan Kak Rini walaupun dia tetap baik dan
ramah kepadaku. Kalau tidak ada kegiatan di
kampus atau ditempat lain, aku banyak
berkurung diri di kamar, dan kamipun bertiga
cukup sibuk dengan urusan masing-masing,
sehingga hanya waktu-waktu tertentu saja
(Sabtu/Minggu) baru ketemu atau kumpul
bersama. Usahaku untuk menghindari berdekatan
dengan Kak Rini adalah untuk membantu
menghilangkan pesona sensualitasnya yang
sering aku rasakan kalau berada dekatnya. Dan
hal ini juga didukung karena Kak Rini sering
berangkat pagi dan pulang kerja sore (aku
biasanya yang paling akhir meninggalkan rumah)
dan paling lambat tiba di rumah.
Satu-satunya yang paling sering menggodakau
adalah pakaian-pakain kotor(terutama pakaian
dalam Kak Rini) yang baru habis dipakainya, yang
ditumpuk dalam keranjang pakaian didekat kamar
mandi. Sering kali saat bangun pagi jam 08. 00
(kuliah agak siang) aku ‘memeriksa’ pakaian-
pakaian tersebut (saat mereka telah berangkat
kerja). Aku sering mendapati pakaian kerjanya
yang kemarin dan pakaian tidurnya semalam
masih menyisakan aroma tubuh dan parfumnya,
terlebih lagi celana dalamnya menyisakan cairan
vaginanya yang harum (belakangan aku tahu
vaginanya memang harum saat aku
mengoralnya) dan sering aku ciumin dan jilati
sambil beronani. Karena fantasi tersebut akan
sampai sering menumpahkan spermaku di celana
dalamnya atau pakaian kerjanya (tiap Sabtu baru
di cuci), dan sewaktu pertama kali memuncratkan
spermaku di CD nya… aku takut Kak Rini tahu dan
memarahiku. Tapi sewaktu dia mencucinya pada
hari Sabtu… dia sepertinya tidak tahu atau pura-
pura tidak tahu kalau spermaku sudah bercampur
dengan sisa-sisa cairan vaginanya (kadang cairan
vaginanya masih basah).

Dan setelah Mas Tanto memberi tahu rencananya
untuk ke Filipina dan menyuruhku untuk menjaga
Kak Rini dan rumah aku semakin… akhh…
berdebar-debar. Inilah awal yang menjadikan aku
tahu kalau Kak Rini ternyata memiliki hasrat dan
gairah seks yang tinggi serta mengajariku fantasi-
fantasi bercinta. Hubungan kami ini telah
berlangsung sampai 8 tahun dan kami sepertinya
orang yang masih pacaran walaupun dia telah
bersuami.
Dan satu hal lagi, adalah kesukaanku mengintip
aktivitas Kak Rini bila berada dirumah. Kalau
malam hari saat tidur dengan suaminya, aku
sering mendengar erangan-erangan bercinta
mereka. Bahkan aku pernah onani didepan
kamarnya yang aku buka sedikit pintunya dan
aku melihat Kak Rini lagi tidur dikamarnya dengan
pakaian tipis dan seksi(saat itu suaminya belum
pulang dari kantornya). Dan berapa kali kejadian-
kejadian tak terduga yang membuat aku sakit
kepala bila membayangkannya… karena ingin
segera merasakan bercinta dengan Kak Rini.

Tiba saatnya Mas Tanto berangkat ke Filipina, aku
dan Kak Rini mengantarnya ke bandara dan Kak
Rini langsung berangkat ke kantornya, sedangkan
aku balik ke rumah karena hari itu aku tidak ada
perkuliahan atau kegiatan lainnya di luar rumah.
Setiba dirumah, aku langsung memeriksa
keranjang tempat pakaian kotor Kak Rini. Disitu
aku mendapati beberapa potong celana dalam
dan BH Kak Rini dan daster yang dipakainya
semalam. Seperti biasa, aku mulai menciumi CD
Kak Rini yang meninggalkan sedikit cairan
vaginanya sambil mulai membayangkan aku
menciumi vagina Kak Rini sambil mulai beronani.

Aku buka semua pakaianku dan memakai CD Kak
Rini yang lain sambil meremas-remas penisku di
dalam CD Kak Rini.
Ketika asyik beronani, tiba-tiba telepon berdering,
ternyata dari Kak Rini yang menanyakan apakah
aku telah tiba dirumah atau belum. Aku berusaha
untuk mengajak Kak Rini bicara lama di telepon
sambil terus meremas penisku dan
membayangkan sedang bercinta dengannya.
Suaraku kedengaran parau karena rangsangan
yang timbul dan aku berusaha mengajak
bercanda Kak Rini:
“Jam berapa baliknya nanti Kak Rin?” Tanyaku,
“Seperti biasalah, kenapa emang?!… kangen ya
sama aku?” Balasnya bercanda,
“Nggak kok, cuman mau menjalankan tugas
dengan baik, menjaga dan mengantar jemput
kakak!” Jawabku dengan suara gugup karena aku
semakin terangsang mendengar suara lembut
Kak Rini… “Kamu kenapa?… kok suaramu parau
begitu?!”
Aku cuma menjawab, “Masih ngantuk nih, habis
bangun pagi-pagi ngantarin Mas Tanto!” Jawabku
bohong dan…
“Akhh… ”
Aku mencapai klimaks
“Udahan dong, aku mau tidur lagi… nanti aja aku
jemput!” kataku kelelahan karena karena
spermaku telah terumpah di CD Kak Rini…
“Ya deh, aku tunggu… awas kalau nggak jemput!”
Katanya mengakhiri pembicaraan kami. Aku pun
menyimpan kembali CD Kak Rini di keranjang dan
aku benar-benar puas onani kali ini karena baru
kali ini aku onani disertai dengan mengobrol
dengan Kak Rini walaupun hanya ditelepon.

Setelah kejadian itu, selama dua minggu pertama
keberangkatan suaminya ke luar negeri tidak ada
kejadian istimewa yang terjadi. Aku hanya
sesekali onani, karena aku sering berada di luar
rumah (kalau sore atau malam baru balik ke
rumah) dan mengantar jemput Kak Rini kalau aku
tidak ada kegiatan. Setelah mengantar atau
menjemput Kak Rini, aku biasanya melanjutkan
kegiatanku di kampus atau di luar rumah, dan
kalau balik kerumah aku sering mendapati Kak
Rini telah tidur di dalam kamarnya sehingga kami
tidak sempat ngobrol.
Sampai pada suatu malam, ketika aku pulang dari
kegiatan dengan teman-teman kampusku selama
tiga hari (praktis aku tidak bisa menemani dan
bertemu Kak Rini) di luar kota. Setelah
menyimpan motor di garasi samping rumah, aku
lihat lampu ruang tengah masih menyala dan Kak
Rini menonton acara tv sambil tiduran di sofa.

Rasa kangen makin menjadi-jadi setelah tiga hari
tak bertemu dan melihat Kak Rini mengenakan
dasternya yang menurutku sangat seksi.
Dasternya berwarna kuning tua (serasi dengan
kulitnya yang mulus) dengan lengan yang agak
pendek dengan lubang lengan yang agak besar
sehingga aku bisa melihat tali BH nya yang
berwarna putih dari ketiaknya.

Aku memeluk ringan (sudah biasa) dan kali ini aku
sedikit nakal dengan memberi ciuman tipis di
telinganya (aku belum berani sun bibir).
“Baik-baik aja kan kak?!” sapaku sambil merapat
ke tubuhnya sambil memegang bahunya.
“Iya nih… cuman agak kesepian sendiri!”
Jawabnya sambil tersenyum manis.
“Kan Mas Tanto baru dua minggu lebih
perginya…?!!” Kataku menggoda
“Ihh… kamu bisa aja… awas ya aku laporin ke
Mas…kalau kamu nggak jagain aku selama tiga
hari!!” Jawabnya sambil mengancam dan
mencubit pinggangku…
“Kan cuman tiga hari… tapi nggak lagi kok…
sudah selesai kegiatannya” kataku mencoba
menetralisir suasana yang sudah mulai membuat
aku ngeres.

“Ok deh… tapi mandi sana, bau tuh…!!” katanya
mengejek aku.
Aku pun mandi dan mengisi perut yang sudah
dari tadi minta diisi. Sambil makan, www.ceritaindo.sextgem.com aku
membayangkan bagaimana rasanya kalau aku
bercinta dengannya malam ini. Membayangkan
itu, aku makin tambah gelisah dan aku cepat-
cepat menghabiskan makananku dan menemani
Kak Rini menonton acara tv.
Dengan memakai kaos oblong dan celana karet
pendek, aku menemani Kak Rini menonton
sambil duduk dikarpet dan bersandar di sofa tepat
disamping Kak Rini. Sambil menonton, kami
bercerita apa saja, dan tak lama kemudian, Ka Rini
berdiri dan berjalan ke kamar mandi ingin buang
air. Sewaktu melewatiku, dasternya tampak
transparan walaupun sekilas, dan aku sempat
juga mencium aroma tubuhnya yang wangi. Hal
itu membuat aku memperbaiki letak penisku
(waktu Kak Rini sudah di kamar mandi) karena
aku malu kalau Kak Rini tau aku sedang ‘horny’
karena celana pendek yang aku kenakan sedikit
ketat. Setelah keluar dari kamar mandi, Kak Rini
pun ikutan duduk di karpet disampingku, malah
dia tengkurap sambil membelakangiku dan
memeluk bantal duduk. Aku semakin bebas
melihat buah pantatnya yang bagus, sedikit
pahanya yang mulus dengan betisnya yang
indah yang ditaburi bulu-bulu halus yang rapi.

Sungguh pemandangan yang membuat aku
makin konak, sehingga aku tidak konsen lagi
dengan acara tv ataupun obrolan kami.
Sambil ngobrol dan bercanda, Kak Rini sering
mengejek atau meledek aku hingga aku tak sadar
menepuk betisnya yang indah dan mulus. Setelah
menepuk, aku tidak menarik kembali tanganku,
tapi kubiarkan terparkir di betisnya sambil sesakali
mengusapnya. Jantungku makin dag dig dug,
aku gelisah, karena baru kali ini selama aku tinggal
dengannya bisa berdekatan sambil mengelus
betisnya. Kejadian di atas kapal laut yang aku
coba lupakan, terkenang kembali. Penisku makin
tegang, dan terciplak jelas di celana pendekku
karena aku tidak memakai CD lagi didalamnya
(aku memang jarang memakai CD kalau dirumah)
. Untuk menutupinya, aku meminta bantal duduk
yang lain yang berada didepan Kak Rini.

“Tolongin bantalnya dong kak!” Sambil menunjuk
bantal didepannya…
“Ambil aja sendiri, malas amat seh bergerak!”
katanya mengejekku. Tanpa meminta lagi, aku
langsung bergerak mengambilnya, tetapi aku
harus melewati tubuhnya, dan mau tak mau aku
menindih pantatnya yang indah.
“Yang ini aja deh…” kataku sambil merebut bantal
yang ada dipelukannya. Tapi karena dia
mempertahankannya, akupun tertarik ke arah
tubuhnya sehingga sekarang aku menindihnya
dari atas, sedangkan dia masih tetap tengkurap.
Sambil mempertahankan bantalnya, buah
pantatnya yang sudah aku tindih juga turut
bergoyang menambah ketegangan penisku.

Dengan posisi seperti ini, akupun bebas
menciumi rambutnya yang harum sambil tangan
dan lengan kami bersentuhan. Sungguh posisi
yang paling mengasyikkan, dan aku pun akhirnya
tetap berada diatas tubuhnya…
“Ihh… kakak pelit!”
“Biarin…!” katanya sambil tetap menatap layar tv.
Pandanganku tertutupi oleh sebagian rambutnya
yang sebahu, dan aku pun makin berani
menciumi rambutnya dan mulai memegangi
tangannya. Jantungku berdegup kencang, aku
tahu Kak Rini mengetahuinya, tapi ketakutanku
dikalahkan oleh nafsuku dan tanganku mulai
berani menyibak dan mengelus rambutnya…
“Kakak harum…” kataku tanpa disengaja karena
sensasi yang ditimbulkan oleh suasana seperti
ini…
“Biarin… kamu aja yang bau… wwek!” Katanya
mengejekku.

Setelah menyibak rambutnya, kuberanikan
mencium tengkuknya, Kak Rini tampak kaget
walaupun sesaat, dan dia tetap mengarahkan
pandangannya ke layar tv walaupu aku tahu tidak
konsen lagi dengan acara tv. Melihat dia tidak
protes, aku semakin berani menciumi telinganya
dan bolak balik kelehernya…
“Kulit kakak muluss…” Kataku dengan gugup…
“Sshh… biarin” Jawabnya sedikit mendesah. Aku
pun makin agresif… kugoyang pinggulku agar
penisku bisa lebih merasakan buah pantatnya
sambil tanganku perlahan-lahan mulai menyusup
kearah ketiaknya. Tangan masuk melalui lobang
ketiak dasternya, dan mencoba mengusap
pangkal payudaranya.
Sampai saat itu, aku masih takut kalau Kak Rini
jadi marah karena ‘kenakalanku’. Tapi karena
dorongan nafsu yang makin menjadi, aku
beranikan untuk menarik bawah dasternya sambil
mengusap paha luarnya dengan tanganku yang
satu, sedangkan tangan yang lain tetap meraba-
raba payudaranya. Aku tak peduli lagi kalau dia
marah, karena sensasi yang tercipta benar-benar
membuat penisku tak sabaran lagi. Dengan
dibantu kakiku, aku coba merenggangkan
pahanya, setelah dasternya mulai sedikit demi
sedikt tergeser keatas pinggangnya, sampai
tampak CD Kak Rini yang berwarna putih. Kak Rini
diam saja, malah cenderung penurut ketika aku
menarik dasternya keatas dengan mengangkat
pantatnya sedikit, sehingga penisku makin
menempel keras di buah pantatnya yang
montok. Sampai disini, aku masih mengelus-elus
pahanya dengan lembut dan tangan yang satu
sudah berani meyelusupkan satu jari ke dalam
mangkuk BH nya sambil menekan lembut
payudara Kak Rini. Aku juga mulai menciumi
punggungnya yang sedikit terbuka dibagian
atasnya, terus kebawah kearah tali BH nya. Aku
menggigit daster dan tali BH nya bagian belakang
lalu kutarik dan kulepas sehingga berbunyi cipak
(bunyi tali BH mengenai kulitnya), dan kuulangi
beberapa kali.

“Hmm… sakkitt…!!” Rengeknya manja sambil
menundukkan kepalanya ke bantal sambil
menikmati permainanku.
“Biarin…!!” Balasku dan kami sama-sama tertawa.
Aku pun makin berani menarik CD Kak Rini
kebawah sambil aku mencoba mencium pipinya.
“Kamu nakaa..ll!!” Manjanya yang membuat aku
makin bernafsu. Aku tarik tanganku yang
mengelus-elus payudaranya dan menarik
wajahnya sehingga aku dapat mencium bibirnya
walaupun hanya sebentar dan dengan agak
susah.

Karena aku makin bernafsu dan ingin sekali
menciumi bibirnya yang seksi, aku bangun dan
segera menarik CD Kak Rini sampai kelutut. Lalu
aku membalikkan badannya dengan sedikit kasar
sehinnga sekarang Kak Rini terlentang
dihadapanku dengan dasternya yang sudah
terangkat sampai keperut dan CD sampai lutut
yang memperlihatkan rimbunan bulu-bulu halus
di selangkangannya.
“Kamu mau ngapain…?!” Katanya sedikit terkejut.
Tapi aku segera menindihnya dan memegang
wajahnya dan segera mencium bibirnya yang
diatasnya ditumbuhi bulu-bulu halus seperti
seperti kumis tipis. Kak Rini coba berontak dengan
memalingkan wajahnya, tetapi karena aku telah
memegang mukanya, akhirnya bibirnyapun
berhasil aku lumat, dengan sedikit menarik
dagunya sehingga bibirnya terbuka. Kak Rini pasif
saja mulanya, tapi setelah aku jilati bibirnya, dia
pun mulai membuka mulutnya dan mendesah…
“Ahh…jangan Rick!” Tapi aku terus mencium,
menjilat sampai Kak Rini pun berani membalas
goyangan lidahku di dalam rongga mulutnya.

Lama kami bermain lidah, saling menjilat disertai
desahan nafas kami dan bunyi ‘plok’ saat bibir
kami terlepas untuk menarik nafas, kemudian
melanjutkan saling kulum dengan ganasnya.
Perlahan tanganku meraih kedua tangannya dan
menaruhnya diatas karpet dibagian atas kepala
Kak Rini sambil terus berciuman. Aku kembali
menciumi lehernya, bahunya dan dadanya. Kak
Rini hanya mendesah tanpa berbicara…
“Akhh… sshh…!!” dan aku makin melancarkan
ciumanku, kali ini ke ketiaknya yang putih (bulu-
bulunya tidak selebat waktu di atas kapal laut), aku
ciumin dan aku jilati…
“Akhh… geli sayang!!” Desahnya lalu menggigit
bibirnya (itulah kata sayang yang pertama
ditujukan padaku) sambil kepalanya bergoyang
kiri-kanan menikmati rangsangan yang aku
berikan.

Aroma tubuhnya yang sensasional dan sensasi
bulu-bulu ketiaknya membuat aku makin
terangsang dan aku segera meremas
payudaranya dan Kak Rini memelototi aku
katanya,
“Sshh… pelan-pelan… sakit!”
Aku pun segera memintanya untuk melepaskan
dasternya agar aku bisa membuka BH nya, tapi
dia merengek manja…
“Nggak mauu…!!” Katanya pura-pura cemberut,
tapi aku segera mencopot CD nya dan segera
kubenamkan wajahku di vaginanya yang penuh
dengan bulu-bulu halus menggairahkan.
“Kamu mau ngapain…?” Tanyanya bingung, tapi
aku terus saja mencoba menguak pahanya
dengan kedua tanganku lalu mulai menjilati
vaginanya yang ternyata sudah mulai basah oleh
cairan vaginanya.

“Jangan ahh… kan bau tuh…sshh…!” Protesnya
sambil mendesah menahan nikmat, tapi aku
justru merasakan aroma vagina yang membuat
perasaan tidak karuan.
“Asyik kok kak… punyanya kakak harum ya…?!!”
kataku memuji karena memang harum.
Aku jilati bibir vaginanya yang menonjol,
clitorisnya, dan dengan bantuan jari menguak
vaginanya, aku menusukkan lidahku ke dalam
lobang vaginanya, sehingga Kak Rini mengerang
tak karauan…
“Ohh… uu…” Tiba-tiba aku merasa vaginanya
menegang dan pahanya dirapatkan menjepit
kepalaku, dan aku mencium aroma vaginanya
yang makin tajam diiringi lidahku merasakan
cairan bening dari dalam lubang vaginanya…
ternyata Kak Rini sudah orgasme. Diapun
mendorong kepalaku sehingga terangkat dari
vaginanya dan tangannya menutupi vaginanya
lalu tangan satunya mengambil CD nya yang
tergeletak disampingnya dan menutupi lubang
vaginanya dengan CD nya itu dan berbaring
membelakangiku sambil mengatur nafasnya
yang memburu.

Aku kecewa karena tidak sempat menjilati cairan
vaginanya yang harum (aroma bunga). Aku coba
mendekatinya lagi sambil melepaskan celanaku.
Ketika aku coba menyentuh vaginanya dari
belakang, dia berkata,
“Sudah dong Rick…!”
Aku coba mengerti, mungkin Kak Rini malu kalau
cairan vaginanya aku jilati. Juga mungkin
perasannya yang bersalah telah orgasme
dihadapan adik sepupunya sendiri. Aku hanya
memeluknya dari belakang sambil menempelkan
penisku yang sudah ngeras habis dibelahan
pantatnya, lalu aku belai-belai rambutnya,
mencoba menghiburnya karena aku sendiri
belum mencapai klimaks.

“Kamu jahat… rangsang aku sampai aku
orgasme!” Katanya sewaktu aku sudah mulai
menggesek-gesekkan penisku di pantatnya.
Aku hanya diam, karena aku makin terangsang
ingin memasukkan penisku ke vaginanya. Dan
ketika aku makin kencang menggesekkan penisku
yang mulai basah oleh sisa cairan vaginanya dan
Kak Rini diam saja, aku lalu memutar tubuhnya
sehingga dia kembali terlentang dan aku segera
merenggangkan kembali pahanya, tetapi Kak Rini
menolak sambil menarik aku dan berkata sambil
membelai-belai wajahku…
“Jangan sayang… aku takut hamil selama Mas
Tanto nggak ada disini” Katanya memohon
pengertianku.

“Tapi kak… aku dah nggak tahan lagi…” Protesku.
“Didubur aja kak kalau nggak mau di vaginanya
kakak…?!!”
“Sakit sayang… lagian nanti berbekas!” katanya
memohon.
“Kalau gitu kakak oral aja…!” kataku sambil
menyodorkan penisku ke mukanya. Dia tampak
kaget melihat penisku yang agak besar walaupun
panjangnya cuman sekitar 15 cm.
“Ok…tapi kalau udah mau keluar bilang ya…aku
belum pernah nelan spermanya Mas Tanto!”
Katanya sambil duduk dan membuka daster dan
BH nya.

Aku terpesona melihat bentuk payudara yang
indah (punya pacarku saja yang dulunya aku
bilang bagus masih kalah sama punyanya Kak
Rini), sampai aku tidak tahan untuk tidak
meremasnya…
“Tete kakak bagus…!!” Pujiku. Kak Rini hanya
tersentum manis,
“Kalau udah mau keluar, gesekin aja di sini ya…!”
Katanya sambil menunjuk ke payudaranya, lalu
dia memegang penisku dan mulai
mengulumnya,
“Ssruupphh…” Bunyi kulumannya di kepala
penisku yang agak besar sambil melumurinya
dengan air liurnya.

“Punyamu besar dan agak panjang dari Mas
Tanto…!”
Tapi aku tidak terlalu menghiraukan lagi kata-
katanya disela hisapannya, karena aku sendiri
sudah merasa terbang ke langit ketujuh. posisi
kami awalnya sama-sama berlutut, Kak Rini
mengulum penisku sambil tangannya meremas-
remas buah pantatku, dan sesekali menyentuh
lubang anusku, semuanya itu menambah
rangsangannya. Aku memperhatikan kulit Kak
Rini yang benar-bener mulus dari punggungnya
sampai ke pinggangnya yang ditumbuhi bulu-
bulu halus, bentuk pantatnya yang indah dan
payudaranya yang menggelitik pahaku sambil
mulutnya mengulum penisku…

“Akhh… kak… duduk dong!” Kataku sambil berdiri
karena rangsanagn yang dia berikan semakin
memacu gairahku.
Kak Rini pun duduk dan aku berdiri, lalu dia
kembali memasukkan penisku ke mulutnya. Kali
ini aku yang menggoyang pantatku ke depan ke
belakang dan lidahnya menahan kepala penisku
setiap pantatku kudorong kedepan sambil
tangannya memeluk kedua pahaku. Beberapa
menit kemudian aku sudah mulai merasakan
desakan air maniku yang mau keluar, aku pun
menarik keluar penisku, tapi karena hisapan yang
kuat dari mulut Kak Rini, aku pun mendorongnya
dan dia mengerti kalau aku sudah mau klimaks,
Kak Rini segera berbaring dan memegang
penisku lalu diarahkan ke payudaranya lalu
menjepit dan aku disuruhnya untuk menggesek-
gesekkannya sambil meremas payudaranya,
sampai…
“Akhh… kakkh.. aku mau keluar…!!” Kataku sambil
menggeleng-gelengkan kepalaku. Dan… crot..
crot… banyak sekali air maniku yang muncrat di
dada dan leher Kak Rini bahkan ada yang sampai
mengenai mukanya.

“Akhh… kakak nikmat bangett…!!” Jeritku sambil
tetap meremas payudaranya.

“Bersihin dong Rick, sperma kamu banyak tuh…!!”
Katanya sambil menyodorkan dasternya.
Aku pun mulai menglap sisa-sisa spermaku di
payudaranya, leher dan mukanya. Lalu aku
ciumin bibirnya,
“Makasih Rick… kamu puasin aku malam ini!”
Katanya
“Kamu hebat… pintar rangsang aku…!” Bisiknya
malu-malu.

“Dan mulai sekarang… kamu nggak usah lagi
tumpahin spermamu di celana dalam kakak yang
udah kotor… capek nyucinya… hehe!!” Godanya,
“Jadi kakak tahu kalau aku sering tumpahin
spermaku di CD nya kakak??” Tanyaku malu…
“Iyalah… tapi nggak papa kok… kakak suka… aku
juga sering ciumin CD kamu kok… cuman kamu
nggak tau kan?!!…hehhe!!”
Lalu katanya lagi, “Sejak dari pertama kenal, kakak
sudah tertarik sama kamu,tapi kakak
sembunyiin… kamu aja yang agak berani…
terutama di atas kapal laut dulu!!”.

Malam itu kami lanjutkan bercerita tentang
kejadian-kejadian yang kami alami selama ini
yang sama-sama kami rahasiakan, semuanya
dibongkar dengan jelas… dan sambil bercerita,
kami selingi dengan saling cium, melumat bibir,
saling raba dan berpelukan. Kami tertidur sambil
berpelukan dengan telanjang di ruang itu, setelah
aku membuat Kak Rini orgasme sekali lagi
walaupun dengan jari-jari tanganku (itu
permintaannya sendiri) walaupun aku sebenarnya
ingin merasakan vagina Kak Rini.
Sejak saat itu, aku dan Kak Rini sering ‘bercinta’,
walaupun Kak Rini belum mau aku memasukkan
penisku ke vaginanya karena takut kalau-kalau dia
hamil saat suaminya ada di luar negeri. Tapi
paling tidak, aku tidak lagi cuma merasakan
aroma vaginanya lewat CD nya, atau aroma
tubuhnya yang sensasional di pakaiannya, tapi
aku sudah bisa merasakan langsung, kapan saja aku mau.



Adult | GO HOME | Exit
1/3887
U-ON

inc Powered by Xtgem.com